03 January 2011Waspadai Trio OPT
Wereng cokelat, penyakit kresek (hawar daun) dan blast diprediksi akan tetap mengancam pertanaman padi pada 2011.
Prediksi
itu diungkap Dr. Suryo Wiyono, Kepala Klinik Tanaman, Departemen
Proteksi Tanaman, Faperta IPB kepada AGRINA (31/12). Hal ini berangkat
dari hasil safari Klinik Tanaman 2007 dan 2010 keliling Pulau Jawa.
Khusus 2010, pihaknya memantau 10 kabupaten.
Wereng Cokelat Paling Menonjol
Menurut
evaluasi Suryo, sepanjang 2010 ada perubahan status hama penyakit, dari
yang tidak penting menjadi penting, dari yang penting menjadi kurang
penting. Bahkan, muncul penyakit-penyakit baru. Dari semua itu,
khususnya padi, “Yang menonjol adalah ledakan wereng cokelat di seluruh
Indonesia sekitar 150 ribu ha, tapi konsentrasinya di Pulau Jawa sampai
90%. Tahun ini memang lebih besar ledakannya. Peningkatannya mungkin ada
100%,” paparnya via telepon.
Merinci
wilayah yang terserang wereng cokelat, alumnus Jurusan Ilmu Hama &
Penyakit Tumbuhan, Faperta IPB, angkatan 23 ini menunjukkan, Subang,
sebagian Karawang, Klaten, Lamongan, dan Jember sebagai daerah serangan
berat. Penyebab ledakan tersebut, menurut dia, ada empat, seperti
terungkap dalam lokakarya wereng cokelat pada Juli 2010. Pertama, karena
petani menanam padi terus menerus; kedua, penanaman varetas rentan
salah satunya hibrida, ketiga, memang ada penggunaan pestisida tinggi
yang berakibat melemahkan ketahanan lingkungan; keempat, diduga
berhubungan dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. “Keempat
faktor itu saling berinteraksi,” simpulnya.
Selain wereng cokelat, tahun lalu sebaran penyakit kresek (bacterial leaf blight-BLB) alias hawar daun cukup merata. Luas serangan penyakit yang disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae
ini juga mungkin sama dengan wereng cokelat, “Tapi wereng ini ‘kan hama
politis, satu petak saja terserang sudah ramai. Beda dengan kresek,
walaupun kerugiannya lebih besar, kurang bergema (beritanya),” ucap
Suryo sembari tertawa.
Penyakit
kerdil hampa juga termasuk yang cukup menonjol tahun lalu. “Itu
sampingan wereng cokelat, ‘kan vektornya wereng cokelat,” imbuhnya.
Virus kerdil ini merajalela di tempat-tempat yang serangannya wereng
cokelatnya tinggi.
Temuan
Suryo sejalan dengan pemantauan Jarot Warseno, Senior Crop Manager
Rice, Bayer CropScience Indonesia, produsen pestisida di Jakarta.
Kemarau basah membuat kondisi jadi lembap sehingga wereng pasti banyak.
Selain wereng, penggerek batang juga cukup banyak kasus.
Untuk penyakit, “Dulu kita mengidentifikasi blast
cuma di daerah pasang surut. Sekarang nggak, di daerah NTB, Jawa Timur
bagian selatan, Banyuwangi, Jember, juga Ngawi sudah banyak blast. Dan blast itu rata-rata dulu kenanya di leher malai, sekarang di daun pun sudah banyak,” urai Jarot. Blast ini disebabkan cendawan Pyricularia oryzae.
Tiga Hama Penyakit
Ditanya
tentang prediksi gangguan hama penyakit tahun yang akan berjalan ini,
Suryo mengingatkan, “Pada 2011 wereng akan tetap menjadi masalah,
mungkin ada peningkatan. Kresek juga akan terus ada karena belum ada
teknologi yang didesiminasikan ke petani dengan baik. Blast juga akan naik terutama di daerah-daerah agak kering, seperti Blora, Sumedang, dan Sukabumi.”
Tugas
Triwantoro, Product Manager PT BASF Indonesia, memberikan prediksi
sedikit berbeda. “Serangan hama yang dominan pada 2011, pertama, wereng
masih dominan, kedua penggerek batang padi (sundep beluk), dan ketiga
tikus,” katanya. Hal tersebut, sambung alumnus Faperta UGM itu,
disebabkan perilaku budidaya petani seperti ingin menerapkan indeks
pertanaman (IP) 400, tanam tidak serentak, dan penggunaan pupuk urea
yang tinggi.
IP
400 dan tanam tidak serentak membuat tanaman padi (makanan hama) selalu
tersedia di lapangan sepanjang tahun. Bahkan daerah-daerah yang
sebelumnya aman menjadi terserang. Tambahan lagi, penggunaan pupuk urea
berlebih karena petani ingin tanamannya terlihat hijau, tapi hal itu
justru membuat tanaman rentan terhadap serangan hama.
Sedangkan
mengenai penyakit yang diperkirakan dominan, Tugas minta petani
mewanti-wanti kerdil (disebabkan virus yang disebarkan wereng), hawar
daun kresek dan blast.
Antisipasi
Melihat
perkiraan hama dan penyakit yang bakal mengganggu pertanaman padi itu,
Suryo memberikan beberapa anjuran, di antaranya, “Tanam saja varietas
yang moderately resistant, karena
memang tidak ada yang betul-betul resisten, ditambah penyehatan
ekosistem.” Menurut spesialis penyakit tumbuhan dan pengembang
pengendalian hama penyakit terpadu (PHT) ini, penyehatan ekosistem lebih
diutamakan. Caranya dengan penambahan bahan organik dan menciptakan
lingkungan yang aman bagi predator hama.
Di
sisi lain, produsen pestisida pun menyiapkan sejumlah jurus yang
sebaiknya dilakukan bersama-sama seluruh pemangku kepentingan. “Pertama,
benihnya harus yang bagus dulu. Kita menghindari benih varietas yang
rentan, cari yang tahan wereng,” ungkap Jarot. Secara keseluruhan,
pihaknya menawarkan paket Teknologi Bayer Tabela. Tanam benih langsung
dilindungi dengan insektisida perlakuan benih Gaucho, lalu serangkaian
produk, yaitu Curbix, Baycarb, Confidor (insektisida), Folicur Gold,
Nativo, Antracol (fungisida), dan Ricestar-Xtra (herbisida).
Sementara
BASF, menurut Tugas, mengandalkan Regent empat varian (insektisda),
Opus (fungisida), dan Tetris (herbisida). Pihaknya juga tengah
menyiapkan beberapa pestisida baru yang lebih baik untuk padi.
PT
Syngenta Indonesia menyiapkan langkah serupa. Pada awal budidaya,
menurut Kasirin, Product Manager Herbicides, pihaknya memiliki
serangkaian produk, yaitu herbisida (Gramoxone,
Logran), perlakuan benih (Cruiser), insektisida (Virtako, Actara),
fungsida (Filia, Score, Amistartop). Mengantisipasi maraknya serangan
wereng, alumnus Faperta IPB angkatan 23 ini menawarkan solusi, aplikasi
herbisida Gramoxone. ”Pertama, setelah diaplikasi Gramoxone, pembusukan
bahan organik lebih cepat, bibit yang tanam pindah proses nglilir-nya (recovery)
lebih cepat. Kedua, penambahan bahan organik ini juga menyuburkan
tanah. Ketiga, Gramoxone bisa mengeradikasi inang antara. ‘Kan dengan
situasi seperti ini singgang dan rumput ini inang antara hama penyakit
saat tidak ada tanaman padi sehingga tetap hidup. Siklus (OPT) yang
menyambung ini harus ada yang memutus. Dengan Gramoxone itu bisa
terputus,” pungkas Kasirin.
Peni SP, Untung Jaya
Sumber:
http://www.agrina-online.com/redesign2.php?rid=7&aid=2782