Wednesday, February 15, 2012

Lumbung Padi Cegah Kemiskinan Absolut

Kemiskinan Pedesaan
Lumbung Padi Cegah Kemiskinan Absolut
Didit Putra Erlangga Rahardjo | Robert Adhi Ksp | Rabu, 25 Januari 2012 | 16:35 WI

 SUMEDANG, KOMPAS.com - Kearifan masyarakat berupa lumbung padi di sebuah desa terbukti efektif dalam mencegah kemiskinan karena fungsi jaring sosial berdasarkan partisipasi warga. Hal serupa tengah digalakkan kembali oleh pemerintah dengan konversi beras menjadi uang.

Hal tersebut diutarakan Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI, Sujana Rohyat, dalam Pertemuan Nasional Pendidikan Sosiologi dan Penyuluhan Pertanian Indonesia di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Rabu (25/1/2012). Pertemuan tersebut dibuka oleh Kepala Badan Perencanaan Nasional, Armida Alisjahbana.

Menurut Sujana, kesimpulan tersebut didapatkan dari survei yang dilakukan ke 8.200 desa yang memiliki lumbung padi di Indonesia. Misalnya di Baduy mupun Suku Kubu.

"Dari pengamatan tersebut, ditarik kesimpulan bahwa desa yang memiliki lumbung desa tidak memiliki warga yang miskin absolut," kata Sujana.

Dengan mekanisme lumbung padi, warga menyisihkan hasil panen mereka sedikit demi sedikit untuk disimpan. Bila musim panceklik tiba, ketua adat akan memutuskan penggunaan simpanan tersebut berdasarkan kondisi ekonomi. Cara tersebut ternyata efektif dalam mencegah kemiskinan di sebuah daerah.

Oleh karena itu, dia mengharapkan kearifan masyarakat seperti ini tetap bisa dipertahankan atau dikembalikan lagi. Pasalnya lumbung desa adalah salah satu ciri khas yang dulu ditemukan di kebanyakan desa di Indonesia tapi terus menyusut seiring modernisasi maupun masuknya lembaga keuangan modern seperti bank.  

Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/01/25/16352689/Lumbung.Padi.Cegah.Kemiskinan.Absolut

Waspadai Trio OPT

03 January 2011
Waspadai Trio OPT

Wereng cokelat, penyakit kresek (hawar daun) dan blast diprediksi akan tetap mengancam pertanaman padi pada 2011.
Prediksi itu diungkap Dr. Suryo Wiyono, Kepala Klinik Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman, Faperta IPB kepada AGRINA (31/12). Hal ini berangkat dari hasil safari Klinik Tanaman 2007 dan 2010 keliling Pulau Jawa. Khusus 2010, pihaknya memantau 10 kabupaten.
Wereng Cokelat Paling Menonjol
Menurut evaluasi Suryo, sepanjang 2010 ada perubahan status hama penyakit, dari yang tidak penting menjadi penting, dari yang penting menjadi kurang penting. Bahkan, muncul penyakit-penyakit baru. Dari semua itu, khususnya padi, “Yang menonjol adalah ledakan wereng cokelat di seluruh Indonesia sekitar 150 ribu ha, tapi konsentrasinya di Pulau Jawa sampai 90%. Tahun ini memang lebih besar ledakannya. Peningkatannya mungkin ada 100%,” paparnya via telepon.
Merinci wilayah yang terserang wereng cokelat, alumnus Jurusan Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan, Faperta IPB, angkatan 23 ini menunjukkan, Subang, sebagian Karawang, Klaten, Lamongan, dan Jember sebagai daerah serangan berat. Penyebab ledakan tersebut, menurut dia, ada empat, seperti terungkap dalam lokakarya wereng cokelat pada Juli 2010. Pertama, karena petani menanam padi terus menerus; kedua, penanaman varetas rentan salah satunya hibrida, ketiga, memang ada penggunaan pestisida tinggi yang berakibat melemahkan ketahanan lingkungan; keempat, diduga berhubungan dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. “Keempat faktor itu saling berinteraksi,” simpulnya.
Selain wereng cokelat, tahun lalu sebaran penyakit kresek (bacterial leaf blight-BLB) alias hawar daun cukup merata. Luas serangan penyakit yang disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae ini juga mungkin sama dengan wereng cokelat, “Tapi wereng ini ‘kan hama politis, satu petak saja terserang sudah ramai. Beda dengan kresek, walaupun kerugiannya lebih besar, kurang bergema (beritanya),” ucap Suryo sembari tertawa.
Penyakit kerdil hampa juga termasuk yang cukup menonjol tahun lalu. “Itu sampingan wereng cokelat, ‘kan vektornya wereng cokelat,” imbuhnya. Virus kerdil ini merajalela di tempat-tempat yang serangannya wereng cokelatnya tinggi.
Temuan Suryo sejalan dengan pemantauan Jarot Warseno, Senior Crop Manager Rice, Bayer CropScience Indonesia, produsen pestisida di Jakarta. Kemarau basah membuat kondisi jadi lembap sehingga wereng pasti banyak. Selain wereng, penggerek batang juga cukup banyak kasus.
Untuk penyakit, “Dulu kita mengidentifikasi blast cuma di daerah pasang surut. Sekarang nggak, di daerah NTB, Jawa Timur bagian selatan, Banyuwangi, Jember, juga Ngawi sudah banyak blast. Dan blast itu rata-rata dulu kenanya di leher malai, sekarang di daun pun sudah banyak,” urai Jarot. Blast ini disebabkan cendawan Pyricularia oryzae.
Tiga Hama Penyakit
Ditanya tentang prediksi gangguan hama penyakit tahun yang akan berjalan ini, Suryo mengingatkan, “Pada 2011 wereng akan tetap menjadi masalah, mungkin ada peningkatan. Kresek juga akan terus ada karena belum ada teknologi yang didesiminasikan ke petani dengan baik. Blast juga akan naik terutama di daerah-daerah agak kering, seperti Blora, Sumedang, dan Sukabumi.”
Tugas Triwantoro, Product Manager PT BASF Indonesia, memberikan prediksi sedikit berbeda. “Serangan hama yang dominan pada 2011, pertama, wereng masih dominan, kedua penggerek batang padi (sundep beluk), dan ketiga tikus,” katanya. Hal tersebut, sambung alumnus Faperta UGM itu, disebabkan perilaku budidaya petani seperti ingin menerapkan indeks pertanaman (IP) 400, tanam tidak serentak, dan penggunaan pupuk urea yang tinggi. 
IP 400 dan tanam tidak serentak membuat tanaman padi (makanan hama) selalu tersedia di lapangan sepanjang tahun. Bahkan daerah-daerah yang sebelumnya aman menjadi terserang. Tambahan lagi, penggunaan pupuk urea berlebih karena petani ingin tanamannya terlihat hijau, tapi hal itu justru membuat tanaman rentan terhadap serangan hama.
Sedangkan mengenai penyakit yang diperkirakan dominan, Tugas minta petani mewanti-wanti kerdil (disebabkan virus yang disebarkan wereng), hawar daun kresek dan blast.
Antisipasi
Melihat perkiraan hama dan penyakit yang bakal mengganggu pertanaman padi itu, Suryo memberikan beberapa anjuran, di antaranya, “Tanam saja varietas yang moderately resistant, karena memang tidak ada yang betul-betul resisten, ditambah penyehatan ekosistem.” Menurut spesialis penyakit tumbuhan dan pengembang pengendalian hama penyakit terpadu (PHT) ini, penyehatan ekosistem lebih diutamakan. Caranya dengan penambahan bahan organik dan menciptakan lingkungan yang aman bagi predator hama.
Di sisi lain, produsen pestisida pun menyiapkan sejumlah jurus yang sebaiknya dilakukan bersama-sama seluruh pemangku kepentingan. “Pertama, benihnya harus yang bagus dulu. Kita menghindari benih varietas yang rentan, cari yang tahan wereng,” ungkap Jarot. Secara keseluruhan, pihaknya menawarkan paket Teknologi Bayer Tabela. Tanam benih langsung dilindungi dengan insektisida perlakuan benih Gaucho, lalu serangkaian produk, yaitu Curbix, Baycarb, Confidor (insektisida), Folicur Gold, Nativo, Antracol (fungisida), dan Ricestar-Xtra (herbisida).
Sementara BASF, menurut Tugas, mengandalkan Regent empat varian (insektisda), Opus (fungisida), dan Tetris (herbisida). Pihaknya juga tengah menyiapkan beberapa pestisida baru yang lebih baik untuk padi.
PT Syngenta Indonesia menyiapkan langkah serupa. Pada awal budidaya, menurut Kasirin, Product Manager Herbicides, pihaknya memiliki serangkaian produk, yaitu herbisida (Gramoxone, Logran), perlakuan benih (Cruiser), insektisida (Virtako, Actara), fungsida (Filia, Score, Amistartop). Mengantisipasi maraknya serangan wereng, alumnus Faperta IPB angkatan 23 ini menawarkan solusi, aplikasi herbisida Gramoxone. ”Pertama, setelah diaplikasi Gramoxone, pembusukan bahan organik lebih cepat, bibit yang tanam pindah proses nglilir-nya (recovery) lebih cepat. Kedua, penambahan bahan organik ini juga menyuburkan tanah. Ketiga, Gramoxone bisa mengeradikasi inang antara. ‘Kan dengan situasi seperti ini singgang dan rumput ini inang antara hama penyakit saat tidak ada tanaman padi sehingga tetap hidup. Siklus (OPT) yang menyambung ini harus ada yang memutus. Dengan Gramoxone itu bisa terputus,” pungkas Kasirin.
Peni SP, Untung Jaya
Sumber:
http://www.agrina-online.com/redesign2.php?rid=7&aid=2782